Senin, 11 Mei 2015

"kalau benar yang satu teranglah yang lain ngawur..."

wikipedia

Pemerintah, Pengajaran dan Rakyat


Si tani bodoh, tak dapat bersekolah.
Si pintar yang bersekolah tak pandai tani.
Si tukang yang bodoh tak dapat bersekolah.
Si pintar yang bersekolah tak pandai bertukang.
Si pedagang pasar bodoh, tak dapat bersekolah.
Si pintar yang bersekolah tak pandai berdagang pasar.
Pengajaran tinggi yang tak boleh surut.
Sekolah subsidi yang perlu ditambah
Berebut bahasa Belanda dan kultur Barat.
Berebut uang kas negeri.
Mashudul Haq,
Harian Mustika 24 Juli 1931







Terserah pembaca menamai kata-kata tersebut pantun atau syair di atas, yang terpenting adalah judul tersebut merupakan karya dari Pahlawan Nasional, melainkan saya mengambil hanya beberapa kata-kata yang terselip dalam esai beliau dengan judul yang sama yaitu Pemerintah, Pengajaran dan Rakyat.

saya tidak akan membahas siapa beliau dan berbagai cerita tentang beliau karena sudah banyak blog yang menulisnya. Saya menulis sekarang khusus mengenai esai beliau. Beliau seakan bercerita tentang musyawarah untuk mufakat atau beliau sebut dengan "mujadalah" dengan dihadiri beberapa tokoh dalam esai beliau yaitu Tuan Van MookTuan Feuilletau de BruynTuan SoerosoTuan RatulangiTuan Rasjid,  mereka adalah anggota volksraad (Dewan Rakyat). Berkumpul-nya Para Dewan tersebut sepertinya tidak berbuah apapun hanya sebuah debat kusir. 

Pembahasan tentang pendidikan kepada rakyat indonesia itu tumpul karena perbedaan kehendak, perbedaan harapan, dan perbedaan keperluan sehingga perdebatan sistem pendidikan yang bagaimanakah untuk menampung atau memberi pendidikan kepada semua rakyat jelata? 

Ketakutan Haji Agus Salim dengan sistem pendidikan saat itu terlihat dari adanya pemberian subsidi kepada sekolah-sekolah yang tidak merata dan harus mengikuti aturan dari Kerajaan Belanda. sehingga dalam pandangan beliau Kerajaan Belanda hendak menyebarkan misi "permurtadan" terhadap orang Islam karena pengajaran(pendidikan) eropa menitik beratkan pada netralis pendidikan hal ini beliau menganggap pendidikan layaknya pendidikan KRISTEN     




Dan menang itu biasa berpindah-pindah tempat, sebagaimana telah dibuktikan oleh riwayat (HAJI AGUS SALIM)


reff.
Horison. 2004  Horison Esai Indonesia Kitab 1, hal 1-5
www.tuanguru.com